Lagi baca-baca tentang negeri ijasah di situs Antara, jadi pengen bahas pernyataan disitu yang berkesimpulan akhir bahwa negeri kita ini negeri ijasah. Lawan bandingnya adalah negeri tetangga, Malaysia. Disitu diceritakan bahwa di Malaysia tidak perlu ijasah untuk dapat pekerjaan, yang penting skill. Okay, sedangkan di negara kita yang dibutuhkan adalah ijasah.
Memang jadi debat klo kita ngomongin perlu atau ngganya ijasah, sementara universitas yang membuat ijasah itu jadi ga berarti, jadinya kaya tiket masuk ke kantor, klo ga bagus ya ga masuk. Tapi kalau mau ditarik garis merahnya, sebenernya bahasan utama debat ini yaitu tentang perlunya sebuah ijasah atau lebih mementingkan skill dalam mencari pekerjaan.
Ok, saya cuma menggambarkan keadaan saya beberapa bulan yang lalu sebagai mahasiswa. Karena untuk mendapatkan yang namanya ijasah itu kita perlu berinteraksi dengan sejumlah mahasiswa yang lain (berorganisasi, nongkrong, diskusi forum), bergulat materi dengan dosen di kelas, mengerjakan tugas akhir, dan lain sebagainya, saya rasa memperjuangkan ijasah menjadi worth it mengingat apa yang telah ditempuh untuk mendapatkan ijasah tersebut merupakan skill (kemampuan) kita yang bisa kita jual di depan HRD perusahaan. Ada banyak hal yang semuanya tercakup disitu, softskill dan hardskill kita pun diuji di sidang akhir.
Jadi, saya rasa semua kembali ke individunya masing-masing. Siapa yang membawa ijasah itu menjadi bernilai ya kita ini, sang pembawa ijasah.
Ijasah vs skill
Kamis, 01 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar