Pemimpi

Jumat, 02 Januari 2009

Ketika kita lagi ngadepin yg namanya masa depan, pasti kita pengen sesuatu yang lebih baik buat kita sendiri, bercita-cita, dan bermimpi untuk menjadi sesuatu entah politikus ec2 (baca:ece ece), penemu, presiden wess pokoknya tinggilah cita-citanya, seperti kata pepatah "gantunglah cita-citamu setinggi langit"

Memang udah seharusnya kita "bisa" bermimpi, ga akan ada pesawat terbang, mobil, kereta klo ga ada yang mimpi tentang itu. nah tapi apa iya kita bisa konsisten sama mimpi? atau jangan-jangan cuma nge-fans sama mimpinya, ngarep mulu ga dapet-dapet, atau cuma bisa cerita ke orang lain klo "mimpi gw tuh jadi presiden lho", hmmm...

Banyak yg lagi mimpi dan cerita klo dimimpinya, apa yang dia cita-citakan menjadi sempurna, orang-orang sekitarnya sejahtera karena dia yang pimpin. Diawali dengan membuat artikel di koran, pandangannya tentang kesejahteraan terhadap rakyat banyak mendapat perhatian kalangan atas, dan seketika langsung diangkat menjadi menteri. Semua yang mendengar hal tersebut langsung memuja pak menteri yang ternyata memang sedang bermimpi (agak lebay tapi ya namanya juga mimpi, hehe)

Yang kita butuhin bukan pemimpi kelas teri, yang cuma bisa mimpi tapi ga ada usaha buat wujudin mimpi itu, yang kita butuhin sekelas penemu.
Ada yang bersedia bermimpi dan berusaha untuk negeri ini?


Powered by ScribeFire.

Ijasah vs skill

Kamis, 01 Januari 2009

Lagi baca-baca tentang negeri ijasah di situs Antara, jadi pengen bahas pernyataan disitu yang berkesimpulan akhir bahwa negeri kita ini negeri ijasah. Lawan bandingnya adalah negeri tetangga, Malaysia. Disitu diceritakan bahwa di Malaysia tidak perlu ijasah untuk dapat pekerjaan, yang penting skill. Okay, sedangkan di negara kita yang dibutuhkan adalah ijasah.

Memang jadi debat klo kita ngomongin perlu atau ngganya ijasah, sementara universitas yang membuat ijasah itu jadi ga berarti, jadinya kaya tiket masuk ke kantor, klo ga bagus ya ga masuk. Tapi kalau mau ditarik garis merahnya, sebenernya bahasan utama debat ini yaitu tentang perlunya sebuah ijasah atau lebih mementingkan skill dalam mencari pekerjaan.

Ok, saya cuma menggambarkan keadaan saya beberapa bulan yang lalu sebagai mahasiswa. Karena untuk mendapatkan yang namanya ijasah itu kita perlu berinteraksi dengan sejumlah mahasiswa yang lain (berorganisasi, nongkrong, diskusi forum), bergulat materi dengan dosen di kelas, mengerjakan tugas akhir, dan lain sebagainya, saya rasa memperjuangkan ijasah menjadi worth it mengingat apa yang telah ditempuh untuk mendapatkan ijasah tersebut merupakan skill (kemampuan) kita yang bisa kita jual di depan HRD perusahaan. Ada banyak hal yang semuanya tercakup disitu, softskill dan hardskill kita pun diuji di sidang akhir.

Jadi, saya rasa semua kembali ke individunya masing-masing. Siapa yang membawa ijasah itu menjadi bernilai ya kita ini, sang pembawa ijasah.

Ganti tahun

Rabu, 31 Desember 2008

Eeeh udah mau ganti tahun ya..

tahun baru sekarang..2009, tambah 1 angka dari 2008.
ada yang berubah selain angka yang nambah?

hmm...koq masih sama aja..
tetep jual janji, makan gusuran, malah nambah tawuran tuh..
lho koq daerah pendidikan malah makin item..

yaah..keliatannya cuma ganti tahun aja..



Powered by ScribeFire.

Mau buka usaha tapi telat

Sabtu, 12 Juli 2008

Mau bikin partai tapi telat, hmmmm....
kan lumayan bisa jadi ajang pembelajaran, belajar berjuang mencapai tujuan dengan cara apapun,
termasuk ngibulin rakyat, bersilat lidah, memahami birokrasi, konstitusi ataupun sistem yg ada dan sambil mengamati celah-celahnya yang bisa dimnafaatkan untuk mencapai tujuan, entah tujuan pribadi ataupun pribadi juga...
yang penting tujuan...


weleh... weleh,,....
hayo....................

Bunuh......!

Sabtu, 05 Juli 2008

Bunuh perasaan dan ganti dengan kesadaran
dengan begitu menjadi sadar apa yang dirasakan dan merasakan

fiuh....

Perdamaian Jilid II

Jumat, 20 Juni 2008

Jika warnanya abu-abu dan mengiyakan bahwa warna tersebut adalah putih maka berjuanglah apapun caranya agar tercapai pengakuan warna sesungguhnya.
Walaupun hasil akhir dari perjuangan tersebut warnanya berubah menjadi hitam, kurang lebih seperti kutipan kata-kata penyemangat dari seorang filsuf F. Nietzsche : "kirimkanlah kapal-kapalmu ke lautan yang belum dipetakan".

Sekian ngelanturnya.

Yang lalu dan kemungkinan yang akan datang

Terbenam di dimensi masa lalu merupakan hal yang sangat merugikan, karena sebesar-besarnya usaha yang dikeluarkan tak akan bisa merubahnya dimana dalam kondisi ini akan menutup terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bisa diciptakan oleh kemampuan sendiri di masa yang akan datang. Dan seharusnya setiap detik yang akan datang haruslah(diusahakan) bernilai progresif.