Ketidak pedulian dan pemulung

Senin, 17 Desember 2007

Ketika saya sedang mencoba tampil mengikuti apa yang mungkin disebut oleh khalayak sebagai trend yang datangnya dari budaya luar, ketika saya sedang asik menonton film hollywood dan ketika sedang mendengarkan musik pop semua itu membuatku merasa uptodate dan tidak kuno. Tetapi tiba-tiba terdengar kabar bahwa lagu rasa sayange dan reog ponorogo di klaim oleh negara tetangga sebagai budaya mereka. Maka dengan spontan dan bernada amarah saya jadi membenci dan timbul rasa memusuhi tetangga kita itu(pemulung), perasaan seperti perlahan surut dan beralih menjadi kemarahan terhadap diri sendiri dan bertanya:

Kenapa marah..?

kenapa marah ketika mereka menggunakan budaya kita dan mengklaimnya..?

apakah selama ini saya perduli terhadap reog dan lagu rasa sayange..?

apa alasan saya marah ketika pemulung tersebut mengambil sesuatu yang sudah tidak kita perdulikan lagi..?

Apakah itu karena alasan nasioalisme..?

Kalau karena nasionalisme kenapa tidak mencintai budaya negeri sendiri..?

kenapa kita tidak perduli terhadap budaya kita yang seharusnya menjadi identitas kita...?

manusia macam apa saya ini...?
Memang seharusnya kemarahan ditujukan terhadap ketidak pedulianku terhadap budaya negeri ini.

Ya.... seharusnya marah sekali,
tapi terhadap siapa?
dan untuk apa marah..?

2 komentar:

Ardiansyah mengatakan...

memang betul, seharusnya rasa nasionalisme dimulai dari awal, bukannya hanya reaktif atas apa yang telah dilakukan tetangga sebelah..semoga ini dapat menjadi pelajaran

sketsa terbengkalai mengatakan...

menurut saya juga begitu koq mas...
lha wong kita aja menelantarkan budaya kita trus malah menggandrungi budaya dari luar.. dan ketika tetangga kita mengambilnya/merawatnya/mengklaim kita langsung marah2....
entah nasionalisme dalam konteks apa...